ORANG BESAR, PERUTNYA BESAR ??
Oleh : Agus Erlan
Presiden #Jempolturah
Hari minggu, jalan2 ke Mall. Bukan mau belanja, tapi cuman jalan2 doang. Yaah.. itung2 ngilangin stress lah. Disitu, gak sengaja ketemu teman semasa SD.
Kulitnya agak gelap, rambut gondrong, keriting tak terurus. Pas, dengan tubuh kurus dibalut kaos merah dan jeans belel. Sekilas, ia nampak mirip Iwan Fals, seniman legendaries yang dulu tak bosan masuk penjara karena suka mengkritik pemerintah lewat lagu-lagunya.
Ah, jadi ingat tempo dulu, dia sering nongol di teve hitam putih yang ada di ruang tamu keluarga kami, sambil teriak-teriak nyanyiin lagu Bento dan si Bongkar.
Sayangnya, saat ini dia mulai jarang nongol di Teve. Entah udah tua, entah lagi batuk atau .... ????? Ach, bodo amat lah. Mau nongol Atawa gak, toh bukan urusan saya, lagian dia juga bukan siapa2 saya.
“Eh, kamu Surip kan, Suripto Hadi Subroto, kita sekelas waktu di SD,” sapa saya pada sosok lelaki ceking yang saat ini berada didepan saya. Sejenak ia memandang saya, lalu tersenyum dan kami berpelukan, mirip tinki-winki dan lala dalam film Teletabies. Selanjutnya, kami menuju kedai kopi diluar mall, ngobrol ngalor-ngidul seputar masa lalu, masa kini dan masa depan.
Dan dari obrolan itu, saya jadi tahu, meskipun berpenampilan awut-awutan, ternyata Surip sekarang, telah menjadi pengurus sebuah partai besar di kabupaten tetangga. Dan, katanya pula, saat ini ia sedang sibuk loba-lobi dan sosialisasi buat nyalon di pilkada.
“Doakan bro, saya menang Pilkada. nanti kalau saya menang, setidaknya kamu kan jadi punya teman pejabat,” katanya sambil terkekeh
Surip, pertama saya mengenalnya saat masih kelas tiga SD. Dia anak pindahan dari kampung sebelah. Meski perawakannya kecil, tapi otaknya cerdik dan usil. Dan saat masuk SMP, dia lanjut kekota, sedangkan saya tetap dikampung. Alhasil, sejak saat itu kami tak pernah bertemu.
Meskipun hanya tiga tahun mengenal Surip, namun ada satu hal yang terus saya ingat dari sosok ceking berambut keriting tersebut. Pernah suatu hari, satu persatu murid dikelas tiga, ditanyai guru mengenai cita-cita kami. Bisa ditebak, hampir semua murid termasuk saya memiliki jawaban nyaris serupa. Ada yang ingin jadi dokter, polisi, tentara, guru, presiden dan lain-lain yang umumnya sering disebutkan oleh anak-anak seusia kami.
Namun berbeda dengan Surip, saat jatuh gilirannya maju kedepan kelas, dia enteng saja menjawab, kalau cita-citanya kepengen punya perut besar alias buncit. Alasannya, karena hampir semua orang kaya dan sukses yang pernah dia lihat memiliki perut besar. “Singkatnya, semua orang kaya pasti perutnya besar.” gitu katanya.
Kami semua termasuk guru, terbahak-ngakak waktu itu. Tapi kalau dipikir-pikir, benar juga kata si Surip. Buktinya, dari beberapa orang kaya yang pernah saya lihat di kampung, nyaris semuanya memang berperut besar alias buncit.
Dan sejak itu, ucapannya seolah menjadi candu dalam otak saya, hingga tiap kali bertemu dengan orang-orang, yang pertama kali saya lakukan adalah memperhatikan perutnya. Dan benar juga, kebanyakan dari mereka yang berada dalam golongan PUNYA pasti perutnya besar.
Eit.. tapi tunggu dulu. Surip, yang saat ini sedang nyeruput kopi bersama saya, badannya kurus, perutnya juga tidak besar. Tapi kini ia malah jadi pengurus inti dipartai besar, malahan mau nyalon di pilkada segala.
Tiba-tiba Surip nyeletuk, katanya ; “Dulu saya pikir hanya orang-orang yang berperut besar saja yang bisa jadi orang besar. Tapi sekarang saya sudah mengerti, Jika ingin jadi orang besar, tak perlu lah punya perut besar, cukup dengan membuat cerita besar.
Post a Comment